Perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2005) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, misalnya lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Pengertian yang lain dari perilaku kesehatan adalah semua aktifititas seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable). Perilaku kesehatan dibagi dalam 2 kelompok yaitu 1). Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat yaitu perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab sakit, 2). Perilaku orang yang sakit yaitu perilaku yang mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang ketika sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Perilaku kesehatan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, semakin baik pengetahuan seseorang maka akan baik pula perilaku kesehatannya. Tiap individu dalam memahami perilaku kesehatan cenderung berbeda-beda karena dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor sarana, dan faktor pengetahuan itu sendiri.
Perilaku dan kesadaran diri mengenai kesehatan yang dilakukan warga binaaan pemasyarakatan di nilai masih kurang. Lingkungan fisik lembaga pemasyarakatan yang terdiri dari blok-blok dan kamar-kamar dengan kepadatan hunian yang tinggi, sirkulasi udara dan pencahayaan matahari yang kurang sempurna, sanitasi lingkungan dengan saluran-saluran limbah yang terbuka, tempat pembuangan sampah dengan sistem terbuka, air yang digunakan untuk minum, mandi, dan keperluan sehari-hari lainnya, pola makan warga binaan dan bahan makanan yang tersedia yang dikonsumsi oleh penghuni kesemuanya menjadi faktor risiko untuk memudahkan penyebaran infeksi menular. Ditambah lagi dengan perilaku warga binaan pemasyarakatan yang sangat bervariasi ada yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti membuang sampah sembarangan, membuang ludah atau dahak, kebersihan kulit dan pakaian, kebiasaan merokok, kamar warga binaan yang kurang bersih dan terawat dan perilaku lainnya, sangat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap daya tahan tubuh warga binaaan pemasyarakatan.
Untuk merubah perilaku tidak sehat ke perilaku sehat para warga binaan pemasyarakatan sangat diperlukan usaha-usaha konkrit/nyata dan positif. Beberapa strategi untuk merubah perilaku tersebut oleh WHO dikelompokan menjadi 3 yaitu : 1). Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan, dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau warga binaaan pemasyarakatan sehingga mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini bisa ditempuh dengan adanya peraturan/perundangan yang harus dipatuhi oleh warga binaan pemasyarakatan. Cara ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku tersebut tidak didasari dengan kesadaran sendiri. 2). Pemberian informasi, dengan memberikan informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan, cara menghindari penyakit, akan meningkatkan pengetahuan warga binaan pemasyarakatan. Selanjutnya pemberian informasi ini akan menambah pengetahuan dimana peningkatan pengetahuan akan meningkatkan kesadaran akan hidup sehat. Perubahan perilaku ini akan berlangsung lama tetapi bersifat langggeng karena didasari kesadaran sendiri (bukan karena paksaan). 3). Kepemimpinan, dalam hal ini yang menjadi change agent adalah pemimpin, petugas, atau petugas kesehatan di lembaga pemasyarakatan, dimana pemimpin ikut aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi, memberikan informasi bahkan perilaku hidup sehat juga dilakukan di lingkungan lembaga pemasyarakatan. Cara ini lebih efektif dan jauh lebih baik dari cara pertama.
Gaya kepemimpinan mempengaruhi cepat atau lambatnya perubahan perilaku warga binaan pemasyarakatan. Salah satu gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan transformasional, yang dapat diartikan sebagai sebuah gaya kepemimpinan untuk meningkatkan sumberdaya manusia dengan dan hubungan efek pemimpin terhadap kepercayaaan, kekaguman, dan hormat terhadap pemimpin, berusaha untuk memotivasi pengikut untuk melakukan sesuatu yang lebih dan melakukannya melampaui harapan mereka sendiri (Bass, 1994).
Penerapan perilaku kepemimpinan transformasional dalam merubah perilaku kesehatan warga binaan pemasyarakatan dapat dilakukan oleh perawat. Perawat berperan sebagai pemimpin yang transformasional dimana perawat merupakan profesi yang dapat mengubah perilaku kurang sehat ke perilaku hidup sehat. Adapun caranya dari penerapan kepemimpinan transformasional adalah dengan 1). Kharismatik, pemimpin atau perawat yang mempunyai sifat tersebut memperlihatkan tujuan, kemampuan dan keahliannya serta tindakan yang mendahulukan kepentingan orang lain/warga binaan pemasyarakatan daripada kepentingan pribadi. Karena itu perawat kharismatik dapat dijadikan suri tauladan, idola dan model panutan oleh bawahanya. Perilaku sehat yang dilakukan pemimpin kharismatik akan mudah dicontoh dan dijadikan panutan oleh petugas lainnya dan warga binaan pemasyarakatan. 2). Pengaruh idealis, pemimpin atau perawat yang berfungsi sebagai role model. Perawat dapat mempengaruhi warga binaan pemasyarakatan hanya ketika perawat mampu mempraktekan apa yang dikatakannya. Perawat berupaya mempengaruhi warga binaan pemasyarakatan melalui komunikasi langsung dengan menekankan pentingnya nilai, asumsi, komitmen dan keyakinan terhadap tujuannya. Dengan demikian bawahannya bertekad dan termotivasi untuk mengoptimalkan usaha dan bekerja ke tujuan bersama. 3). Motivasi inspirasi, perawat transformasi mampu memotivasi dan memberikan inspirasi untuk menumbuhkan semangat kerja tim dan komitmen. Pengaruhnya diharapkan kepada warga binaan pemasyarakatan dapat merubah perilaku tidak sehat ke perilaku sehat dengan harapan dan bernilai bagi mereka. 4). Stimulasi intelektual, yaitu perawat transformasional mampu mendorong untuk mengekplorasi cara-cara baru melakukan sesuatu dan kesempatan baru untuk belajar dalam hal ini adalah perilaku hidup sehat. Melalui stimulasi intelektual pemimpin merangsang bawahannya dan warga binaan pemasyarakatan untuk menemukan pendekatan baru dalam menyelesaikan masalah lama dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri. 5). Konsiderasi individu, artinya perawat mampu memberikan perhatian pribadi kepada warga binaaan pemasyarakatan atau petugas lainnya seperti menghargai sikap peduli dan memberlakukan mereka sebagai pribadi utuh. Sehingga warga binaaan pemasyarakatan merasa diperhatikan dan diperlakukan manusiawi.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan model kepemimpinan yang dapat diterapkan pada institusi manapun dan dapat digunakan dalam situasi apapun. Merubah perilaku kesehatan dalam instansi lembaga pemasyarakatan dilakukan secara bersama-sama dengan seluruh warga binaan pemasyarakatan, petugas, pimpinan dan lembaga terkait.
Effect of Transformation Leadership on Changes in Health Behavior of Prisoners
PRELIMINARY
Health behavior (Notoatmodjo, 2005) is a person's response to stimuli or objects related to health-sickness, illness and factors that affect health, such as the environment, food, drinks, and health services. Another definition of health behavior is all one's activities both observable and unobservable. Health behavior is divided into 2 groups, namely 1). Behavior of healthy people to stay healthy and increase, namely behaviors to prevent or avoid diseases and causes of illness, 2). The behavior of a sick person is a behavior that includes actions taken when someone is sick to get healing.
Health behavior is strongly influenced by knowledge, the better a person's knowledge will be good health behavior. Each individual in understanding health behavior tends to be different because it is influenced by various factors including economic factors, environmental factors, facilities, and knowledge factors themselves.
Behavior and self-awareness about health carried out by correctional community members at a value is still lacking. The physical environment of a penitentiary consisting of blocks and rooms with high occupancy density, poor air circulation and solar lighting, environmental sanitation with open sewage channels, open landfills, water used for drinking, bathing, and other daily necessities, the diet of the assisted residents and available food consumed by occupants are all risk factors to facilitate the spread of infectious infections. Coupled with the varied behavior of prisoners who are far from being clean and healthy (PHBS), such as littering, disposing of saliva or phlegm, cleanliness of skin and clothing, smoking habits, unclean and well-maintained rooms for assisted residents other behavior, greatly influences directly or indirectly the endurance of prisoners.
To change unhealthy behavior to the healthy behavior of prisoners, concrete and real efforts are needed. Some strategies for changing these behaviors by WHO are grouped into 3, namely: 1). Using power / power or encouragement, in this case behavior changes are forced on the target or correctional community members so they want to do (behave) as expected. This method can be achieved through the existence of regulations / laws that must be adhered to by prisoners. This method results in rapid behavioral changes, but these changes will not necessarily last long because these behavioral changes are not based on self awareness. 2). Providing information, by providing information on ways to achieve healthy life, how to maintain, how to avoid illness, will increase the knowledge of prisoners. Furthermore, the provision of this information will increase knowledge where increasing knowledge will increase awareness of healthy living. This change in behavior will last a long time but is very lenient because it is based on self awareness (not because of coercion). 3). Leadership, in this case the change agent is a leader, officer, or health worker in a correctional institution, where leaders actively participate through discussions, providing information and even healthy behavior in a prison environment. This method is more effective and far better than the first method.
The leadership style influences the rapid or slow changes in the behavior of prisoners. One leadership style is transformational leadership, which can be interpreted as a leadership style to increase human resources with and the relationship of the leader's effect on trust, admiration, and respect for leaders, trying to motivate followers to do something more and do it beyond their own expectations ( Bass, 1994).
The application of transformational leadership behavior in changing the health behavior of prisoners can be done by nurses. Nurses act as transformational leaders where nurses are professions that can change unhealthy behavior to healthy living behaviors. The way of applying transformational leadership is by 1). Charismatics, leaders or nurses who have these characteristics show their goals, abilities and expertise as well as actions that prioritize the interests of others / prisoners rather than personal interests. Therefore charismatic nurses can be used as role models, idols and role models by their subordinates. Healthy behavior carried out by charismatic leaders will be easily emulated and become role models by other officers and prisoners. 2). Idealist influences, leaders or nurses who function as role models. Nurses can influence prisoners only when nurses are able to practice what they say. Nurses try to influence prisoners through direct communication by emphasizing the importance of values, assumptions, commitment and confidence in their goals. Thus his subordinates are determined and motivated to optimize business and work towards a common goal. 3). Motivational inspiration, transformation nurses are able to motivate and provide inspiration to foster teamwork and commitment. Its influence is expected to prisoners can change unhealthy behavior to healthy behavior with hope and value for them. 4). Intellectual stimulation, that is, transformational nurses can encourage to explore new ways of doing things and new opportunities to learn in this case is the behavior of healthy living. Through intellectual stimulation the leader stimulates his subordinates and prisoners to find new approaches in solving old problems and creating creative abilities. 5). Individual consideration, meaning that nurses are able to provide personal attention to correctional residents or other officers such as respecting caring and enforcing them as a whole person. So that prisoners feel cared for and treated humanely.
Conclusion
From the description above it can be concluded that transformational leadership is a leadership model that can be applied to any institution and can be used in any situation. Changing health behaviors in prison institutions is carried out jointly with all prisoners, officers, leaders and related institutions.
- 767 reads